Nunggu UGM


Pertengahan Februari, beberapa teman panitia kegiatan internasional di UIN Sunan Kalijaga sudah resah. Apakah kegiatan mereka akan berlanjut atau harus dihentikan? Banyak peserta luar negeri yang sudah menghubungi panitia. Mereka bertanya di grup. Responnya: sepi.

Mereka yang mau bepergian juga punya keresahan yang sama. Saya sendiri punya tiga rencana perjalanan luar negeri tahun ini. Salah satunya, direncanakan pertengahan Maret ini ke Australia. Saya sudah menghubungi Om Zulfan Tadjoeddin jauh hari sebelumnya. Awal Maret, beliau tanya, "Jadi nggak?" UIN belum mengambil keputusan. Tetapi saya memutuskan sendiri. Toh itu perjalanan dinas dengan anggaran PLD yang saya rancang sendiri. "Saya takut Corona Om. Kita tunda dulu ke Sydney-nya."

Setelah UGM mengeluarkan surat himbauan untuk tidak melakukan perjalanan dinas luar negeri, dan surat itu ramai dibincangkan secara nasional, UIN ikut bikin surat yang mirip-mirip. Isinya kurang lebih samalah dengan universitas sebelah itu.

Sekarang ini, WHO sudah mengumumkan Covid-19 sebagai endemi. Angka terinveksi di Indonesia juga meningkat cepat. Saya sudah tulis berkali-kali pesan di berbagai grup WA kampus agar UIN segera menyikapi serius persoalan ini. Perlu koordinasi dan protokol yang jelas terkait kuliah, penutupan kuliah, kuliah pengganti, dan seterusnya.

Pun seandainya tidak terjadi wabah yang tidak kita inginkan, paling tidak kita punya road map yang jelas harus bagaimana. Namanya juga siaga bencana. Tetapi, lagi-lagi sepertinya mentok. Saya sudah pada level malu sendiri karena tidak sedikit yang ngece, menyepelekan, dan mungkin diam-diam menganggap saya paranoid.

Saya jadi berpikir. Oh, ya jelas belum ada respon... UGM sampai hari ini juga belum rilis protokol tanggap bencana itu (let me know kalau saya kudet). Sebagai tetangga universitas yang lebih besar, lebih kaya resources, makmum dan taqlid lebih enak sepertinya.

Entahlah. Hari ini, kabarnya ada rombongan 30-an pegawai dan dosen UIN yang punya kegiatan di Bali selama beberapa hari. Apakah berlebihan, paranoid, jika saya berharap mereka melakukan self-quarantine sebelum ngantor lagi? Entahlah. Mungkin nunggu UGM kasih contoh (lagi).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama