Nalar Teoris dan Bank Riba


Salah satu kesamaan nalar pelaku teroris Makassar dan jihadis Mabes Polri adalah pandangan mereka soal riba. Sedemikian takutnya mereka dengan riba sampai-sampai topik riba termasuk dalam daftar terpenting yang harus diwasiatkan kepada orang-orang yang mereka cintai sebelum mati. 

Sebagai muslim, saya tentu setuju sepenuhnya soal wasiat untuk menghindari riba ini. Semua yang membaca Al-quran mestinya tahu al-Quran mengharamkan riba. Tanpa perlu berdebat, orang dengan mudah untuk menemukan topik riba ini di tidak hanya sekali, berkali-kali dalam berbagai surat dan ayat. Semua bernada negatif, melarang, hingga mengharamkan riba.   

Masalahnya dimana? Masalah dengan wasiat mereka adalah: soal riba tidak dipahami dalam konteks memperoleh harta dengan cara yang zalim. Kata riba dipahami dalam makna yang lebih terbatas: riba itu adalah bunga bank

Padahal Alquran sendiri tidak pernah berbicara tentang, apalagi mengharamkan, bunga bank. Bunga bank dianggap sama dengan riba karena memenuhi salah satu sifat riba: bertambah dari pokok! Bahwa ayat-ayat Alquran secara implisit mengkritik riba karena sifat zalimnya terhadap orang yang tidak mampu, yang memberinya sedekah lebih mulia daqripada hutang, dianggap bukan pesan yang penting (Said, 2004: 72).

Fakta bahwa dua pelaku serangan bunuh diri ini menggunakan nalar "bunga bank = riba", mengundang pertanyaan menarik bagi kita: apakah "nalar anti bunga bank" dan "nalar bunuh diri masuk surga" bersumber dari pemahaman agama yang sama?

Secara teori, ya. Abdullah Said menyebut sumber nalar "bunga bank = riba" itu bersumber dari pandangan keagamaan kaum neo Revivalis (Kaum Tajdid baru). Di Mesir, ajaran ini dikembangkan oleh Hasan al-BGanna dan Ikhwanul Musliminnya. Di Pakistan, dikembangkan oleh al-Maududi (penulis idola saya waktu S1), dan Jamaat Islaminya.

Mereka yang membaca riset-riset tentang akar teorisme, tentu tahu relasi teorisme dan Hasan al-Banna. Mereka yang membaca riset Abdullah Said, menemukan buah neo revivalisme dalam gagasan bank syariah. 

Maka pertanyaanya, dapatkah kita membuat profiling terbalik: mereka yang menelan mentah-mentah ide "bunga bank = riba" adalah lahan subur untuk menumbuhkan radikalisme, dan teorisme pada saatnya? Jadi, hati-hati kalau ada orang hanya punya rekening bank syariah saja. Boleh jadi... kita perlu penelitian lagi 😅


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama