Khutbah Jumat: Menabung Air



الحمد لله الحكم العدل، قوله الفصل، وله المنة والفضل، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، يقضي الحق وهو خير الفاصلين، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبد الله ورسوله، أعدل الناس حكما، فاللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، وعلى من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد فيا أيها الناس اتقوا الله حق تُقاته . وسارعوا إلى مغفرته ومرضاته
وَٱللَّهُ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَآۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَسۡمَعُونَ  
An-Nahl:65.  
وَهُوَ ٱلَّذِي يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا بَيۡنَ يَدَيۡ رَحۡمَتِهِۦۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَقَلَّتۡ سَحَابٗا ثِقَالٗا سُقۡنَٰهُ لِبَلَدٖ مَّيِّتٖ فَأَنزَلۡنَا بِهِ ٱلۡمَآءَ فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦ مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِۚ كَذَٰلِكَ نُخۡرِجُ ٱلۡمَوۡتَىٰ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ  
Al-A’raf: 57. 
وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ 
Al-Anfal 11.  


Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah.Kata mah dan ma’ atau air, disebutkan sekitar 60 kali di dalam al-Qur’an. Dibandingkan dengan kata benda yang lain, seringnya kata ‘air’ muncul di dalam al-Qur’an dapat menjadi dalil pentingnya air bagi manusia. Bahkan tanpa dalil dari al-Qur’an pun, saya percaya kita tahu bahwa air adalah elemen penting dalam kehidupan. Karena air adalah kehidupan itu sendiri. Tanpa air, yang ada hanya kematian. Para ilmuwan pencari kehidupan di luar angkasa, mencari air di planet-planet yang mereka duga mirip bumi.

Kebanyakan ayat al-Qur’an yang menyebut air juga berbicara tentang kehidupan. Mungkin hanya ada satu dua saja yang berbicara tentang air untuk bersuci. Bahkan dalam Surat al-A’raf yang tadi sudah saya bacakan, Allah seperti memberi petunjuk bahwa kelak atau kapan Allah membangkitkan orang yang ‘mati’ dengan air. كَذَٰلِكَ نُخۡرِجُ ٱلۡمَوۡتَىٰ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ  

Sayangnya, meskipun air adalah unsur penting dalam kehidupan kita, kita termasuk bangsa dan masyarakat yang zalim dan abai terhadap air. Mungkin karena air berlimpah di negeri ini. Mungkin karena kita yakin bahwa kemarau pasti berakhir dan hujan akan datang mengguyur, maka kita tak pernah mengolah air.

Di negeri-negeri yang mahal air, masyarakatnya dipaksa berpikir keras untuk membuat ‘air’. Di Timur Tengah, bangsa Israel yang hidup di tanah gersang adalah bangsa yang paling maju dalam teknologi ‘pembuatan’ air. Karena air bukan hadiah, mereka berpikir keras mengolah air laut Mediterania menjadi air tawar yang siap minum. Padang pasir pun mereka sulap menjadi sawah dan kolam ikan air tawar. Bahkan Israel kini menjadi pemasok air bagi negara-negara Arab tetangganya.

Sementara kita? Setelah dimanjakan alam dengan air hujan yang selalu datang pada musimnya, terbiasa abai terhadap air. Kita lupa bahwa sebagaimana makhluk hidup, bumi pun bisa mati. Dari mana kematian akan datang, dari berkurang dan kemudian hilangnya air. Para ilmuwan di LPI beberapa hari lalu mengabarkan bahwa tanah Jawa akan kehabisan air pada tahun 2040. Tidak lam lagi, hanya tinggal 20 tahun.

Ada dua penyebab utamanya: pertama: perubahan iklim dunia; dan pertumbuhan penduduk yang tak terkendali. Saat ini, ketersediaan air di Jawa sudah pada titik mengkhawatirkan. Jika idealnya satu orang mendapatkan 1600 meter kibik air per tahun, di Jawa kini tinggal 1100 saja. Bencana itu sudah di depan nyata. Tetapi mungkin masih ada waktu bagi kita untuk memperlambat datangnya.

Salah satunya adalah dengan menabung air. Saat musim hujan tiba, kita tahu sekarang betapa gampang air terbuang. Jl Imogiri berubah seperti sungai; sedangkan Pasar Jejeran sudah hampir pasti  kebanjiran. Jika air yang terbuang itu bisa kita tahun, kita tabung, maka bencana mungkin bisa kita hindarkan.

Kita bisa memulai dengan rumah kita sendiri. Membuat biopori dan sumur resapan untuk memastikan bahwa air hujan tidak semua masuk selokan, terbuang ke sungai, menjadi banjir atau dikirim ke laut. Jika masing-masing orang peduli, dan jika kita yang memiliki jabatan di pemerintahan bisa berpartisipasi, setidaknya kita nanti akan tetap dihormati anak cucu kita sebagai kakek nenek yang menyelematkan  kehidupan mereka. Bukan kakek nenek rakus yang menghabiskan sumberdaya alam dan tidak menyisakan bagi mereka kecuali bencana.

Semoga khutbah yang singkat ini bermanfaat dan kita diberi hidayah untuk mau menabung air demi diri kita dan anak cucu kita. Dua puluh tahun tidak lama. Jika tidak sekarang kapan lagi, jika bukan kita siapa lagi?
Barakalllah...

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama