Catatan Ramadhan (12): Ayam Tetangga dan Puasa

Kemarin, sepulang dari kantor, rumput hias di depan rumah saya tampak menguning. Warnanya tak sehijau waktu saya berangkat. Mati dalam sekejap? Tidak, setelah saya lihat lebih dekat, rumput-rumput itu mengering karena mungkin 5-6 jam yang lalu di-'ceker-ceker' ayam tetangga yang cari makan, hingga 'madul-madul', tercerabut dari akarnya, dan terpanggang terik matahari.

Saya nyaris saja marah...

Tetapi, untunglah saya ingat dua hal secepat kilat: (1) Saya sedang berpuasa dan (2) Nasehat khatib Jumat di masjid UIN tentang cara mengelola marah. Katanya, kemarahan bisa diredam dengan mengaggap apa yang membuat marah itu sebagai hal sepele.

Alhamdulillah, dua kondisi itu bekerjasama dengan baik. Saya batal marah. Bahkan ketika istri saya yang menyusul tahu hal ini mengusulkan agar halaman rumah kami dipagar, saya sudah bisa bilang, "Ndak usah, kamu sendiri kan yang bilang kalau rumah di kampung lebih baik tidak dipagar; rumput itu toh hanya rusak, nanti akan tumbuh lagi, hijau lagi."

***

Meski tak punya seekor pun binatang piaraaan, tetapi taman rusak, rumput mati, hingga kotoran ayam dan tai kucing sering ada di depan dan teras rumah kami. Kemarin-kemarin, saya pasti marah, mendongkol, dan bila perlu 'melabrak' ayam tak tahu sopan santun itu (hualah.) Tetapi, apa manfaatnya coba? Ayam-ayam itu tetap kembali besoknya. Merusak lagi. Nelek lagi.

Hari-hari ini saya sedang belajar mempraktikkan puasa saya. Bisakah saya mengendalikan diri untuk tidak ambil pusing dengan semua itu? Rasanya sih bisa, dan saya mulai bisa melihat sisi positifnya: menyepelekan masalah itu membuat hidup lebih nyaman. Kotor ya dibersihkan. Tanaman rusak, ya dirapikan. Saya jadi mulai paham lebih baik lagi kata-kata almarhum-almukarram Gus Dur, "Gitu aja koq repot".

Bahkan saya tengah berusaha untuk mendorong lebih jauh lagi: saya akan kasih makan ayam-ayam tetangga itu. Siapa tahu, kalau kita kasih makan mereka jadi 'sadar' dan tidak perlu merusak rumput untuk cari makan. Dan kita terus bisa menikmati suara kokok-nya yang indah. :p

Bukankah saya sendiri pernah mengatakan bahwa efek puasa, iman, dan taqwa itu harus memancar ke lingkungan sekitar. Bukan hanya manusia, tetapi semesta?

Tamanan, 21 Juli 2013

2 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama