Catatan Ramadhan (13): Peduli itu Sederhana

Saya suka iklan Ramadhan Bank BRI. Pesannya sederhana tetapi sangat kuat. Karena baru nonton sekali, ada empat  scene yang saya ingat. Tokohnya seorang anak SD, anak orang kaya yang terlihat dari pakaian, fisik, dan rumahnya.

Scene 1, lokasinya di sekolah, teman-teman anak itu berlarian sambil membuang sampah sembarangan. Si tokoh, sambil senyum mengambil sampah mereka dan memasukkannya ke dalam tempat sampah.

Scene 2, lokasinya masih di sekolah, di sebuah tangga. Teman-teman si tokoh berlarian naik tangga sambil tak sengaja  menyenggol pigura foto di tembok tangga hingga miring. Sekali lagi, sambil senyum si tokoh memperbaiki posisi pigura.

Scene 3, lokasinya di rumah, waktunya menjelang Maghrib. Anak itu hendak menutup jendela di kamarnya di lantai dua. Dari posisinya tersebut ia melihat seorang pemulung di luar rumah sedang mengais tong sampah. Mungkin ia  sedang mengambil kotak makan dan berharap ada sesuatu yang ia bisa gunakan untuk berbuka.

Scene 4, di ruang makan, semua anggota keluarga sudah berkumpul. Si anak tiba-tiba tampak masuk, membuka pintu berdampingan dengan si pemulung dan mempersilakan masuk. Anggota keluarga pun tampak gembira dengan bergabungnya si pemulung di meja  makan mereka.

Iklan ditutup dengan pesan 'peduli itu sederhana'.

Iklan BRI sangat pintar mengemas pesannya. Detil adegan juga menyimpan simbol-simbol penuh makna.

Kita sering terbayang bahwa peduli itu terkait dengan mengeluarkan materi. Padahal peduli itu bisa diwujudkan dalam berbagai cara yang sederhana, yang bisa kita lakukan kapan saja dan dimana saja, tanpa modal apa pun. Yang penting: KEINGINAN UNTUK BERMANFAAT BAGI SEKITAR!

Senyummu sadaqah, sebarkan kedamaian (salam), hormati tamumu, hormati tetanggamu, singkirkan duri di jalan atau hormati pengendara yang lain, jangan buang sampah sembarangan, memberi tempat duduk untuk ibu hamil di angkutan umum, membantu menyeberangkan jalan, dan seterusnya. Sebab, semua itu adalah cabang dari iman yang pohon dan akarnya ada di hati kita. Dan sebagaimana peduli, iman itu juga kadang sederhana saja! 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama