Teori Konspirasi


Meskipun konspirasi itu mungkin ada, saya termasuk orang yang sulit sekali mempercayai teori konspirasi, apalagi jika yang dianggap berkonspirasi adalah "media". Sering kita mendengar orang mengeluh, "kasus ini tidak diberitakan oleh mainstream media", atau yang sekarang sering disebut, "Coronavirus hanya cerita yang dibesar-besarkan oleh media."

Pertama, menuduh media berkonspirasi itu mengharuskan si penuduh untuk membaca semua media. Kalau isunya global, sementara yang dibaca hanya media lokal, bagaimana bisa menyebut konspirasi media? Dia bilang Corona ini konspirasi media, bagaimana ia menjelaskan bahwa faktanhya semua media internasional mengabarkan dan menempatkannya sebagai berita utama?

Ada seorang anggota di grup WA yang saya ikuti, misalnya lagi, menuduh ada konspirasi anti Islam karena yang diberitakan di media hanya masjid sebagai sumber penyebaran Covid-19. "Padahal gereja juga jadi sumber penyebaran." Lha karena dia orang yang eksklusif, maka yang dia baca cuma media (yang dia anggap) Islami. Ikut grup WA ya yang dia anggap Islami. Punya lingkaran bisnis, mungkin ya hanya bisnis yang dia anggap Islami (bebas riba) itu. Kalau kumpulnya cuma dengan orang-orang begitu, ya tentu saja hanya Islam yang dia dengar dan baca. Simpel. Tidak ada konspirasi, yang ada hanya orang yang kurang piknik!

Kalau mau nonton jaringan berita internasional, tentu saja beritanya macam-macam. Ya gereja, ya masjid, ya kuil, siapa saja bisa kena dampak Covid-19. Di Perancis, sekedar cerita saja, para pendeta terpaksa bikin "pengakuan" drive-tru. Jadi, orang yang bikin pengakuan tidak perlu turun dari mobil dan masuk gereja, tetapi si pendetanya yang memindah bilik pengakuan ke depan gereja atau di dekat tempat parkir (saya lupa, nonton di DW atau French 24).

Kedua, menuduh konspirasi media itu juga menyaratkan kepemilikan tunggal atas media. Kita tahu, dunia ini penuh pertaruangan antar kelompok modal, kelompok ideologi, kelompok politik, kelompok kepentingan, bagaimana mungkin tiba-tiba mereka satu suara? Saya biasa nonton CNA (Singapura), Euronews (Eropa), French 24, Arirang (Korsel), DW (Jerman), RT (Rusia), CNN (Amerika), BBC (Inggris), CGTN (China) dan tentu saja Aljazeera (Qatar). Jika sebuah berita adalah rekayasa, bagaimana mungkin mereka yang saling bermusuhan ini kompak?

Kalau kita biasa menonton berbagai stasiun berita itu, Anda akan tahu kapan sebuah informasi itu bias ke kanan atau ke kiri, tetapi tidak konspirasi. Misalnya, kalau Anda nonton CGTN (China), Anda akan banyak menemukan kisah-kisah sukses dan heroik tengtang lockdown di Wuhan; tetapi begitu Anda nonton CNN atau DW, Anda akan temukan berita para aktifis yang dibungkam, suasana 'tegang' di kota Wuhan pasca Lockdown. Perspektif dan kepentingan pasti berbeda; maka konspirasi untuk membuat narasi tunggal nyaris mustahil.

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama