Catatan Ramadhan (17): Terlalu Ramadan

Memasuki hari ke-15 kemarin, jumlah jamaah di masjid-masjid mulai menurun. Klasik. Almarhum Zainuddin MZ pernah mempopulerkan istilah jamaah mengalami 'kemajuan', karena shaf yang semakin maju. Tetapi  mengapa?

Saya tidak memiliki jawaban pasti. Tetapi salah satunya adalah apa yang saya ingin sebut  sebagai  'terlalu ramadhan'.  Terlalu Ramadhan adalah keadaan ber-Ramadhan yang berlebih-lebihan. Ini bisa berupa menyambut  Ramadhan secara berlebih-lebihan, puasa berlebih-lebihan, dan beribadah juga berlebih-lebihan. Saking pinginnya kita menjadi muslim dan mukmin yang lebih baik, kita gas pol bahkan sejak sebelum Ramadhan tiba.

Karena kita sudah mengeluarkan 'energi saleh' kita secara berlebihan,  maka menjelang separoh putaran kita sudah tidak lagi memiliki 'energi saleh', dan kita kembali menjadi manusia non-Ramadhan, manusia yang tidak lagi berpuasa, tidak ingin salat taraweh, tidak ingin membaca Qur'an, bahkan tidak ingin puasa lagi kecuali hanya ingin menggugurkan kewajiban saja.

Terkait kondisi 'over-Ramadhan', saya juga khawatir bahwa kita ini juga over-kultum, atau terlalu banyak mendengar ceramah agama. Akibatnya? Muntah-muntah! 

Pengetahuan agama yang secara terus menerus ditumpahkan ke jama’ah lewat kultum ta'jil, kultum taraweh, kultum shubuh,  plus pengajian nuzulul qur'an, ceramah di TV dan Radio, tidak mungkin dicerna semua! Akibatnya, alih-alih mengamalkan ilmu yang ia terima, mereka malah 'neg', bosan, dan kebal terhadap pesan-pesan agama.

Berlebihan itu, apa pun bentuknya, tidak baik. Tanpa terkecuali, Ramadhan yang berlebihan,  kultum yang berlebihan, dan kesalehan berlebihan lainnya.

حدثنا محمد بن مقاتل أخبرنا عبد الله أخبرنا الأوزاعي قال حدثني يحيى بن أبي كثير قال حدثني أبو سلمة بن عبد الرحمن قال حدثني عبد الله بن عمرو بن العاص قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا عبد الله ألم أخبر أنك تصوم النهار وتقوم الليل قلت بلى يا رسول الله قال فلا تفعل صم وأفطر وقم ونم فإن لجسدك عليك حقا وإن لعينك عليك حقا وإن لزوجك عليك حقا

Menurut Hadits di atas, kita harus tetap menyeimbangkan antara urusan ukhrawi dengan Allah dan urusan duniawi kita, tubuh kita, istri kita, anak-anak kita. Berimbang, wajar, dan tidak berlebihan!

Jadi, sebaiknya memang, kalau kita ingin beramal saleh dan meningkatkan kesalehan, jangan terkonsentrasi di bulan Ramadhan. Program peningkatan itu harus berjangka panjang, dengan grafik yang naik secara pelan, dan Ramadhan boleh saja kita rancang sebagai target akhir Tahun.

Mungkin begitu. Wallahu a'lam.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama