Apakah ada Pilihan dalam Hidup?

Pertanyaan lama dan tersedia pula jawaban-jawaban lama. Maka, kalau pun saya menulis sekarang, itu bukan karena ingin memberi jawaban baru. Saya hanya ingin menyampaikan "konteks" baru yang mungkin bisa memberi makna lain bagi perdebatan akademis tentang takdir dan determinasi menjadi lebih 'hidup' dalam diri kita.

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman menulis di status Facebook: "Hidup ini pilihan, maka mari kita mulai pagi ini dengan pilihan yang baik. Semangat!" Beberapa teman yang lain, mengutip entah dari Mario Teguh atau motivator lain, menuliskan kurang lebih semangat determinisme yang sama: kitalah yang menentukan sukses dan gagal dalam hidup ini.

Tetapi, determinisme sungguh bukan satu-satunya mantra motivasi. Percayalah, fatalisme juga bisa menjadi motivator yang mujarab dalam konteks yang berbeda. Seorang teman lain, juga di Facebook, mengutip kata-kata seorang motivator India, mengatakan: No matter what you plan you never know what life has planned for you. Live the moment. Live the suspense. Be surprised. Hidup ini mempunyai skenarionya sendiri. Titik.

Sekarang, percayalah kepada saya (ehm.) Hidup itu bukan kuasa yang aktif, bukan pula kuasa pasif. Ia bahkan bisa juga ada, bisa juga tidak ada. Pemaknaan terhadap hidup, baik itu yang determinis maupun fatalis, hanyalah rekadaya (bukan rekayasa) kita agar kita tetap hidup: survive!

Kita memerlukan determinisme yang tinggi untuk tujuan-tujuan yang jauh, tinggi, sulit, karena sebagai manusia kita memang secara alami diberi nafsu untuk mencapai hal-hal yang tidak ada pada diri kita. Tanpa determinisme yang kuat, bukan berarti kita juga tidak mendapatkan apa-apa. Kita mungkin akan tetap mendapatkan sesuatu, tetapi sesuatu yang mungkin tidak kita inginkan.

Tunggu dulu. Menariknya, tidak semua yang tidak kita inginkan itu juga buruk. Ada banyak hal dalam hidup ini yang tidak kita inginkan tetapi tiba-tiba kita dapatkan dan justru kita mendapatkan kebahagian yang melebihi dari kebahagian mereka yang menginginkan (refleksikan pengalaman Anda). Toh, sebagimana hidup, kebahagiaan itu juga bisa diciptakan ...

Fatalisme kita perlukan juga agar kita hidup karena manusia, di samping dibekali dengan nafsu yang tinggi, juga makhluk yang rawan patah arang, atau sebut saja hearthly injury prone (saya tidak tahu apakah ada istilah ini atau tidak, I just made it up).

Apa senjata motivator ulung ketika ia bertemu dengan orang yang baru saja gagal UAN? Apakah ia akan mengatakan, seperti saat mengisi sesi motivasi jelang UAN, "kesuksesan dan kegagalan ada di tangan kita, mari belajar yang rajin."? No. Kata-kata semisal tadi, No matter what you plan you never know what life has planned for you. Live the moment. Live the suspense. Be surprised! adalah kata-kata yang paling tepat.

Los Angeles, 17 Oktober 2012

1 Komentar

  1. Kalau saya sih cenderung beranggapan tidak ada pilihan dalam hidup :D

    Manusia membuat pilihan-pilihan untuk membuat semacam sense tujuan dan makna hidup.

    Padahal, pilihan yang mereka ambil pun sebenarnya juga bukan dari kehendak bebas. Misalnya orang memilih jadi dokter dan kemudian berhasil. Tapi keinginannya jadi dokter pun sebenarnya hasil dari tekanan struktur sosial (halah Marxis :P)

    I mean, tetap ada sesuatu yang lebih besar dari manusia (apapun itu) yang menentukan skenario untuknya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama