Permintaan Aneh


Beberapa kali saya menerima permintaan aneh, menurut saya. "Pak, saya mau menulis skripsi tentang difabel. Bisa tidak saya minta referensi terkait yang Bapak miliki?" Mereka umumnya bukan mahasiswa bimbingan saya. Kadang malah dari universitas lain. Nah, yang hampir bikin murka saya itu ada yang mau menulis disertasi dan mengajukan permintaan semisal.

Saya hampir saja menelpon para malaikat untuk melipat bumi dan menurunkan banjir. Untunglah saya ingat kalau saya bukan Nabi. Akhirnya saya hanya menelpon salah satu petinggi di universitas tersebut yang kebetulan saya kenal baik. "Iki lho pak, mahasiswamu. Pembimbing disertasinya siapa? Mengapa ia tidak diajari cara melakukan riset yang benar?"

Kejengkelan saya tumpahkan ke pimpinan universitas saja, kepada si mahasiswa saya "ngempet" ngamuk, mengambil nafas dalam-dalam, lalu mengetik sesantun mungkin. "Wah, bagus! Sudah memilih topik tentang difabel. Saya suka ini." Contreng satu, contreng dua, contreng biru. 

Lalu, saya tanya pelan-pelan, ketika S1 nulis apa? S2 di mana? Siapa pembimbing tesisnya? Begitu ngaku alumni S2 di Sapen, pembimbingnya Anu... saya langsung meleleh. Ikut merasa berdosa. Begini-begini juga alumni Sapen ternyata.

Maka, selain sabar memberi arahan-arahan tertulis, saya juga kirimkan semacam video tutorial begitu. Saya bukakan ke calon doktor itu bahwa sekedar untuk menulis sebuah artikel di jurnal, saya pun masih harus melalui bongkar pasang draft. Bongkar pasang literatur. Enam bulan saya di Israel, hanya untuk sebuah artikel, pun sampai sekarang risetnya masih jalan terus. 

Setelah menumpahkan rasa geregetan, saya ceritakan ke pejabat di universitas Anu itu tentang cara merespon saya tadi, "Aku sabar lho Pak ngladeni bocahmu." Juga saya kirimkan video tutorialnya. Dia bilang, "Koq awakmu koyo malah dadi promotore?" Ah embuh. Cen aneh koq! 😊😊😊  


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama