Hitam Putih


Salah satu teman saya cerita, setelah berhari-hari menonton berita tentang Afghanistan, anaknya bertanya, "Who are the good guys? Who are the bad ones?" Anak itu ingin menonton Afghanistan seperti kita menonton film-film action. Ada pahlawan, ada penjahat. Ada hero, ada villain.

Tetapi, dia tidak sendiri bukan?

Banyak orang saya lihat juga menggunakan pendekatan yang sama. Hitam putih. Pokoknya Taliban itu jahat, tidak bisa dipercaya, sampai kepada anggapan Taliban sama dengan ISIS. Pertarungan kekuasaan di Afghanistan adalah pertarungan antara Avengers yang kalah melawan Thanos.

Baik. Saya tidak ingin mengajukan narasi sebaliknya. Taliban adalah pahlawan. Sama sekali tidak. Saya tidak menyukai ideologi mereka. Titik.

Tetapi saya ingin kita ganti kacamata saja. Pertarungan politik dan kekuasaan itu di mana pun sama saja. Abu-abu. Masak kita tidak bisa belajar dari pilpres kemarin? Si Orang baik apa baik banget sampai perlu dibela segitunya?

Dalam ruang-ruang perebutan kekuasaan itu, di lingkungan yang tidak jauh dari kita, akan kita jumpai orang orang oportunis. Orang orang yang kemarin kita kira baik, idealis, jebule pret tet tet tet. Orang orang yang kita anggap 'jahat' bisa jadi tampak lebih baik dari yang semula kita duga.

Sudahlah. Intinya. Jangan percaya ada pihak baik dan jahat. Mereka yang lari dari Afghanistan itu pasti punya alasan kuat, survival, akibat apa yang mereka lakukan sebelumnya. Bisa jadi bukan karena Taliban jahat.

Sebaliknya, Taliban yang sampai hari ini berusaha keras untuk tampil baik, memang menyimpan agenda. Politik. Kalkulasi politik lah  yang akan mereka gunakan untuk memutuskan langkah apa berikutnya. Mereka pasti sudah belajar dari masa lalu untuk memilih mana yang terbaik hari ini. Tetap keras atau melunak? Eksklusif atau inklusif?

Televisi hitam putih sudah tidak kita tonton sejak puluhan tahun lalu, masak nonton politik masih mau pakai hitam putih juga?

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama