JAMAAH


Kita mungkin adalah orang yang pernah dan selalu dididik untuk percaya kepada kebersamaan, kejamaahan. Tetapi kita sering melupakan kejamaahan.

Sebagai muslim, kita diajari bahwa dalam jamaah terdapat berkah. Berkah itu ziyadah al-khair, tambahnya kebaikan. Dalam konteks ajaran ini, tidak ada yang salah dengan "sendirian". Salat sendiri itu sah. Makan sendiri juga boleh. Jamaah dan tidak itu bukan soal sah dan batal, tetapi soal tambahnya kebaikan

Tambahnya kebaikan itu dalam agama kita bahkan sampai dikalkulasi secara matematis. Salat berjamaah pahalanya 27 kali lipat dari salat sendirian. Ada yang bilang 25 kali lipat. Tetapi yang penting sebenarnya bukan matematika 27 atau 25, tetapi keharusan kita percaya bahwa berjamaah itu membawa berkah, ziayadah al-khair atau tambahnya kebaikan. Pada soal kualitas. 

Entah di film atau di buku apa, saya pernah mendengar pepatah Afrika mengatakan, "kalau kau ingin pergi dengan cepat, jalanlah sendiri. Kalau kau ingin pergi jauh, ajaklah teman" (if you want to walk fast then walk alone and if you want to walk far then walk together). Pesannya sama: kalau tujuan hidupmu hanya pendek, kau bisa saja tidak peduli dengan orang lain. Jalan  sendiri akan lebih cepat mencapai tujuan daripada bareng-bareng. Tetapi kalau kau ingin tujuan lebih jauh, berpikir jangka panjang, maka kebersamaanlah yang akan mengantarmu ke sana. Sebab, dalam perjalanan jauh, akan banyak rintangan yang tidak bisa diselesaikan sendiri.

Administrasi modern pun sepertinya menganut filosofi ini. Misalnya, tanpa kerjasama kita sebenarnya bisa menerbitkan jurnal; tetapi akreditasi jurnal ilmiah memberi nilai lebih rendah jurnal yang diterbitkan oleh satu universitas dibandingkan jurnal yang diterbitkan jaringan antar-univeristas. Mengapa yang sendiri lebih rendah? Mungkin karena ilmu itu dinilai berguna karena orang lain yang merasakan, bukan perorangan. Entahlah. Poinnya adalah, kegiatan hasil kerjasama (tidak hanya jurnal), selalu diberi nilai lebih dari hasil kerja sendiri.

***

Dari tiga poin di atas, kita bisa mengambil contoh praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seseorang bisa saja menjadi ketua RT (jangka pendek) dengan mengabaikan 'kejamaahan', kewargaan. Tetapi untuk menjadi ketua RT yang baik, yang bermutu, yang menjabat tidak hanya sekedar menjabat, dia butuh kewargaan, kejamaahan, agar apa yang dia programkan didukung warga, agar apa yang dia lakukan sesuai dengan keinginan warga. Menjadi ketua RT mungkin gampang, tetapi menjadi Ketua RT yang baik, butuh ziyadah al-khair, ya kejamaahan itu! 

Gampang? Nggak juga, ini sih seperti tahlil: khafif fi al-lisan, tsaqil fil-mizan. Makanya ayo berdoa agar kita selalu dalam keberkahan berjamaah. Kalau bisa 😏 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama