Catatan Ramadhan (8): Agama Sosial

Salah satu karakter universal agama-agama besar di dunia adalah karakternya sebagai gerakan sosial. Meskipun selalui dimulai dari pencerahan personal sang Nabi, langkah berikutnya adalah melakukan perubahan sosial. Dalam konteks ini, Islam juga sama dengan yang lain. Pencerahan di Gua Hira pelan-pelan segera diikuti oleh kritik-kritik sosial yang mengguncang kemapanan Makkah yang korup.

Ada banya contoh dalam agama yang bisa kita lihat sebagai kecenderungan sosial dalam agama kita, yaitu kecenderungan untuk menganggap 'jamaah' lebih penting daripada 'individu'.

Misalnya, "Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat." Masih dalam konteks shalat, apabila ada dua masjid yang sama-sama menyelenggarakan shalat berjamaah, maka yang lebih diutamakan adalah shalat di Masjid yang "lebih jauh jaraknya, dan lebih banyak pesertanya." Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad disebutkan:

صلاة الرجل مع الرجل أزكى من صلاته وحده، 
وصلاة الرجل مع الرجلين أزكى من صلاته مع الرجل وما كانوا أكثر فهو أحب إلى الله عز وجل
(Fiqh al-Sunnah I/194) 

Demikian juga ketika kesalehan personal berbenturan dengan jamaah. Kesalehan personal tidak boleh diprioritaskan. Kita bisa merujuk ke shalat jamaah lagi. Kalau ada orang yang merasa tidak khusyuk karena berjamaah (karena imam shalatnya lebih cepat dari kecepatan pribadinya), fatwa ulama mengatakan bahwa 'mencari kekhusyu'an' bukan alasan yang bisa membenarkan orang meninggalkan jamaah. Walaupun khusyu itu baik, tetapi ia hanyalah kepuasan personal; sedangkan menjaga jamaah itu wajib! (lihat fatwa berikut).

Pondasi kepedulian sosial juga diajarkan lewat pernyataan Nabi bahwa makan secara bersama-sama itu membawa berkah. Makanan satu porsi sesungguhnya cukup untuk dua orang; makanan dua porsi cukup untuk empat orang, dan maknan empat porsi cukup untuk delapan orang.
طعام الواحد يكفي الاثنين، وطعام الاثنين يكفي الأربعة، وطعام الأربعة يكفي الثمانية
Pesan moralnya jelas: berbagilah dengan saudaramu dan jangan khawatir bahwa kepedulian sosial itu akan mengurangi jatahmu. Sebaliknya, akan bertambah dan bertambah tak terduga.

Apa yang diuraikan di atas tentu saja menambah apa yang selama ini sudah kita tahu bahwa kualitas shalat sesungguhnya diukur dari prilaku sosial kita (al-Ma'un), zakat pun juga didesain sebagai sarana kepedulian dan transformasi sosial. Kuatnya pesan kesalehan sosial dalam agama, sayanganya, sering kita lupakan. Banyak orang yang ingin pergi haji lebih dari sekali dan kita rela antri sampai puluhan tahun. Tetapi tidak ada yang antri untuk mengentaskan kemiskinan!

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama