Jumat lalu, usai salat Jumat, di salah satu pojok Masjidil Aqsa terdengar suara orang ceramah. Saya lihat ada belasan atau puluhan orang yang berkumpul mendengarkan. Suaranya lantang, pidato dengan bahasa Arab fushah, penuh semangat.
Saya mendekat, mencoba mendengar lebih baik apa yang ia bicarakan. Tak butuh lama bagi saya untuk mengidentifikasi tema dan kemungkinan dari kelompok mana orator ini. Temanya politik lokal. Masalah yang ia angkat, penjajahan Israel atas kota Al-Quds. Solusinya? Khilafah. Hanya khilafah yang akan membebaskan negeri ini dari penjajahan Israel.
***
Tanggal 9 Desember kemarin diperingati sebagai hari jatuhnya Jerusalem ke tangan Inggris, 104 tahun yang lalu. Setelah melewati berbagai pertempuran yang menyakitkan kalah di berbagai front, tentara Inggris yang bercokol di Mesir, sedikit demi sedikit mulai mengalahkan pasukan Turki Utsmani.
Dimulai dengan jatuhnya Gaza, tentara Inggris terus merangsek maju ke tanah suci. Setelah terkepung tanpa suplai dan bantuan, Jerusalem menyerah.
New York Herald memberitakan kejatuhan Yerusalem dengan judul di halaman depan, "Jerusalem is rescued by British after 673 years of Moslem rule." Tentu, pilihan katanya adalah "diselamatkan", mekipun sejarah mencatat tidak ada penindasan terhadap non Muslim di Yerusalem. Tetapi, bagi mereka, dikuasai Muslim tetap tidak lebih baik dari dikuasai sendiri. Kejatuhan Yerusalem menjadi hadiah natal yang indah tahun itu.
***
Sekarang, mari kembali ke masjid tadi. Apakah khilafah dapat menjadi solusi? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Tetapi yang pasti sejarah jatuhnya Yerusalem adalah ketika Yerusalem di bawah kekuasaan khilafah. Jika khilafah pernah kehilangan Yerusalem, klaim khilafah sebagai solusi adalah ahistoris.
Tentu keadaannya lebih kompleks dari sekedar khilafah atau bukan. Inggris juga tidak bisa mengalahkan Turki tanpa bantuan pemberontakan orang orang Arab yang ingin merdeka dari Turki. Seperti kejatuhan Islam di Spanyol, perpecahan dalam tubuh kekuasaan Islam juga menjadi faktor penting.
***
Saat membuat tulisan ini, saya tengah dalam perjalanan kunjungan ke beberapa situs historis di sekitar Yerusalem. Dari zaman yang jauh sebelum Islam, Kristen, dan Yahudi sekalipun, sejarah Yerusalem adalah sejarah penaklukan. Dari zaman ke zaman oleh berbagai bangsa dan berbagai KLAIM, Yerusalem diperebutkan. Saat ini, kita hanya menjadi saksi dari satu episode saja dari penaklukan demi penaklukan itu. Kita tidak tahu kapan berakhirnya.
Posting Komentar