Menyalahkan Mudik


Para pengambil kebijakan dan media membuat narasi hampir seragam: kenaikan kasus dan kematian Covid diakibatkan oleh... mudik lebaran.

Saya kurang setuju. Ada dua alasan mengapa narasi itu tidak akurat dan mencerminkan kesalah-urusan kita dalam pandemi ini.

Pertama, Covid ini sudah menyebar di mana-mana. Larangan mudik intinya adalah larangan mobilitas untuk mencegah penyebaran. Jika sudah menyebar, apa poinnya melarang mobilitas?

Kedua, karena sudah menyebar, penyebab penularan saat ini lebih pada kerumunan. Di mana saja ada kerumunan, di situ ada risiko besar penularan. Karena kesalahan pertama tadi, pemerintah sepertinya terlalu sibuk mencegah orang mudik. Sementara pencegahan kerumunan tidak dilakukan.

Orang Jakarta dilarang mudik, tetapi Ancol dibanjiri pengunjung. Kebun Binatang Ragunan menggelar diskon. Tempat wisata di daerah juga sama. Baik ada mudik atau tidak, kerumunan itu ada di mana-mana selama lebaran. 

Dalam bahasa akademik, relasi mudik dan kenaikan kasus itu hanya korelatif. Relasi kausalitasnya ada pada kerumunan, baik karena mudik atau alasan lain.

Maka, upaya menghapus cuti dan libur Idul Adha, kalau tujuannya adalah mencegah mobilitas akan sia-sia saja. Nomor satu, pastikan tidak ada kerumunan, khususnya di tempat wisata.

Begitu kiranya. Tetapi saya toh siapa?

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama