Bekerja karena Cinta


Kalau Anda tidak percaya cinta, tidak apa-apa. Jika pernikahan Anda bukan karena cinta, karena takdir misalnya, tentu boleh saja. Tetapi bagi saya, bekerja pun sumbernya dari 'cinta'. Klise, kedengarannya. Tetapi saya bisa bekerja dengan baik karena mencintai pekerjaan saya. Cinta juga menginspirasi kita untuk bekerja melampaui target-target formal seperti IKU atau DP3. Bikin laporan BKD saja seringnya malah malas-malas dengan terpaksa.  

Ketika cinta berbicara, remunerasi terdengar basi!

Di Pusat Layanan Difabel (PLD), saya dan semua yang bargabung di sana bekerja karena faktor cinta itu. Dulu, menjadi pengelola PLD itu tidak ada gajinya. Jangankan gaji untuk kami, anggaran untuk PLD pun tidak ada. Sewaktu masih PSLD, kami hanya menerima 'cipratan' saja dari anggaran pos lain di UIN. 

Tetapi tidak ada anggaran tidak menghentikan kami dari bekerja. Sempat di awal berdirinya PSLD, relawan dan difabel bantingan iuran untuk kegiatan. Koq bisa? Tentu saja, karena cinta. 

Para relawan PLD pernah kami bayar untuk pendampingan yang mereka lakukan bagi difabel. Tetapi tidak lama. Segera setelah kami evaluasi, duduk bersama mereka, kami putuskan bahwa uang bukan cara yang tepat untuk menghargai para relawan. Mereka sendiri yang waktu itu mengatakan, "Pak, kami membantu PLD tidak untuk cari koin, tetapi demi poin". Ketika coin versus point, cinta memenangkan poin atas koin.   

Dulu, banyak orang datang ke Jurnal al-Jamiah. Jurnal ini menjadi salah satu jurnal langka karena sudah terindeks Scopus. Orang datang dengan penuh tanya, mencari rahasia. Setumpuk tanya mereka bawa: berapa anggaran dan biayanya? Berapa para editor al-Jamiah digaji untuk bekerja? Bagaimana dengan status lembaga dan SK? 

Mereka mungkin kecewa karena al-Jamiah ternyata tidak seperti yang mereka duga. Anggaran? Seadanya! SK lembaga? Sekedarnya! Waktu saya bergabung di al-Jamiah, kami tidak pernah serius mengurus SK. Ada sih SK-SK terkait LPJ untuk dana cetak, selebihnya kami tak peduli dengan SK. Kami kompak bekerja.  

FYI, al-Jamiah sampai hari ini tidak menggunakan server kampus. Servernya di 'langit'. Al-Jamiah sejak dulu tidak mau repot berurusan dengan administrasi dan birokrasi yang kadang tak sepadan hasilnya. Para pengelola jurnal tahu persis, kadang server-server kampus itu malah tidak bekerja saat waktunya diperlukan. Mati pas akreditasi, misalnya.

Juga, lihat saja domain al-Jami'ah yang tidak berbuntut "uin-suka.ac.id" seperti yang lainnya. Al-Jamiah ini 'aneh' karena jurnal universitas tetapi domainnya menggunakan or.id dengan sengaja! Koq bisa? Itulah jejak cinta. Semua bisa ketika kami bekerja bukan karena SK. 

Klise. Karena cinta!

Maka, boleh saja orang tidak percaya cinta. Tetapi kami percaya ada beda nyata antara orang yang bekerja karena cinta dengan yang bekerja karena SK. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama