Iman Yang Semena-mena

Salah satu yang "menghibur" saya dari komentar-komentar di tulisan sebelumnya tentang Afi adalah adanya sejumlah orang yang meragukan keislaman saya. "Ini yang nulis bener orang Islam?"
Coba, di dalam kalimat mana kira-kira yang menunjukkan bahwa saya tidak percaya atau anti-Islam?
[Click.Check. https://web.facebook.com/arif.maftuhin/posts/10159088876330179 ]
Saya terhibur karena komentar-komentar itu sekali lagi memberi bukti 'forensik' adanya nalar 'super sederhana' tetapi 'super percaya diri' dalam beragama.
SUPER SEDERHANA karena dasar untuk meragukan keislaman saya adalah tulisan di Facebook yang sama sekali tidak menyinggung, apalagi menolak, kebenaran Islam. Saya tuh cuma bilang bahwa ada nalar 'benar sendiri' dalam beragama. Apakah nalar merasa benar sendiri itu salah? Saya sudah bilang nggak salah. Cuma ada tempat dan waktunya.
Nah, gitu saja lo, terus saya kehilangan keislaman saya. Sederhana? Nggak.... Cuma, super sederhana :D
Saking sederhananya, nggak ada ruang untuk dialog. Apalagi untuk empati. Begini ini kan bahaya bagi kemanusiaan kita. Dan saya yakin, kalau ada ajaran atau sikap yang membahayakan kemanusian, pasti itu bukan "agama"! Agama koq berbahaya?
Nalar super sederhana itu, apesnya, disertai nalar SUPER PERCAYA DIRI. Kelar deh kita. Saya cek satu per satu latar belakang pendidikan mereka. Ada nggak jejak sekolah agama, minimal; atau pesantren, bila mungkin. Nyatanya? Nggak.
Dengan modal jadi fan Ustadz Hanu atau follower Ustadz Hitu, atau mungkin belajar agama dari majlis taklim Halah, mereka menggunakan 'diri' mereka untuk menghakim dan menghukum orang lain.
Ukuran keislaman? Aku. Tidak sama dengan aku? Tidak Islam.
Nah. Itu kan iman yang semena-mena namanya.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلا

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama