Kisah Isra' ke Masjid al-Aqsa

KUDUS, 13 September 2014

Tentu saja hanya Nabi yang pernah menunaikan Isra' dan Mi'raj ke tanah suci. Tetapi kebahagian saya hari ini ketika ziarah ke Majid Menara mungkin sebahagia kalau saya mendapatkan kesempatan untuk diperjalankan ke Masjid al-Aqsa, nama yang memang diberikan untuk mengenang peristiwa perjalanan Sunan Kudus ke tanah suci dan memperoleh oleh-oleh sebuah batu kenangan dari tanah Yerussalem, kota yang menjadi tuan rumah Masjid al-Aqsa.

Sejak dari Jogja kemarin, saya memang berniat untuk ziarah dan sejenak membaca tahlil di Makam Sunan Kudus. Tetapi yang tidak saya duga adalah saya diberi kesempatan untuk naik ke menara yang tengah dipugar dan tidak dibuka untuk umum itu. Entahlah, saya hanya menyapa seorang pekerja di situ, yang kemudian saya ketahui namanya Pak Barjo, "Taksih dangu anggene renovasi pak?"


Ia menjawab, "Duko niki, kulo nggih namun nggarap bagian inggil mawon"
Saya: "Pirso mboten Pak, pemugaran niki biaya-nipun saking pundi? Pemerintah nopo takmir?"
Pak Barjo: "Ngapunten nggih. Monggo to nek pingin mirsani..."

Lalu ia mengambil kunci pagar masuk, membuka, dan mengajak saya naik ke atas. Ini kesempatan emas kan. Saya segera mengikuti Pak Barjo, menaiki tangga keramik sekitar 2-3 meter. Lalu memasuki pintu menara yang berukuran lebar kurang dari 1 meter itu.


Suasananya mirip di dalam candi Penataran di Blitar, tetapi lebih sempit, karena hanya untuk ruang tangga kayu setinggi mungkin 3-4 meter. Setelah itu sampailah kita di puncak menara yang beratap genteng tempat Pak Barjo dan dua kawannya sedang memoles kayu-kayu di menara itu. Ada dua kentongan dan satu bedug di atas. Dengan suasana seperti dalam gambar berikut ini.







KETERANGAN

Di halaman SIMBI Kemenag disebutkan:

Masjid Kudus diperkirakan didirikan pada tahun 956 H atau 1537 M oleh Ja’far Shodiq atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Kudus. Perkiraan ini didasarkan pada inskripsi yang terdapat di atas mihrab. Selain itu, disebutkan pula bahwa nama masjid ini adalah Masjid al-Agsa atau al-Manar. Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus adalah putera R. Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung. la adalah salah seorang dari sembilan wali (wali songo) yang menyiarkan agama Islam di Jawa. 

Semasa hidupnya Sunan Kudus mengajarkan agama Islam di sekitar daerah Kudus. la juga terkenal dengan keahliannya dalam ilmu agama, terutama dalam ilmu tauhid, usul fiqih, hadits, sastra, dan ilmu fiqih. Oleh sebab itu beliau digelari “waliyyul ilmi”(orang yang sangat ahli dalam ilmu agama). Menurut riwayat, beliau juga termasuk salah seorang pujangga yang mengarang cerita-cerita pendek yang berisi,filsafat serta berjiwa agama. Menunit cerita rakyat, asal-usul nama Kudus bermula ketika Sunan Kudus pergi naik haji sambil maiuntut ilmu di tanah Arab. Pada suatu hari, di tanah Arab berjangkit suatu wabah penyakit yang membahayakan. Namun berkat jasa Sunan Kudus, wabah penyakit tersebut dapat dilenyapkan. Oleh karena itu, seorang Amir di sana berkenan untuk memberikan suatu hadiah kepada beliau, akan tetapi beliau menolak, namun untuk kenang-kenangan beliau hanya meminta sebuah batu. 

Batu tersebut katanya berasal dari kota Baitulmak atau Jerussalem. Untuk itu, maka sebagai peringatan kepada kota dimana Ja’far Shodiq hidup serta bertempat tinggal diberi nama “kudus”. Masjid Kudus pemah mengalami beberapa kali perbaikan yaitu tahun 1918-1919 berupa pembongkaran masjid. Tahun 1933 perluasan serambi depan masjid, tahun 1960 perbaikan atap ruangan masjid. Selanjutnya tahun 1977-1980 dilakukan pemugaran oleh Sasana Budaya. (F.N sumber masjid kuno ditjen kebudayaan depdikbud).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama