Untuk apa lagi berbohong?

Saya terpaksa menulis lagi. Saya menulis bukan karena getol membela Jokowi seperti yang dituduhkan beberapa teman saya. Sungguh, soal Jokowi saya sudah menyerah. Biar kalah, biar menang, #akurapopo. Kalau saya menulis sekarang, karena saya sedang melawan kebohongan yang disebarluaskan dan mendapat ratusan LIKE di Facebook.

Saya mendapatkan gambar berikut awalnya dari status salah seorang teman. Kemudian saya cari asal-usul gambar ini dan menemukan puluhan akun yang mengupload gambar ini lewat Twitter, Facebook, dan Kaskus. Sumber tertuanya (13 Juli) ada di Kaskus, diposting oleh akun ardezzo yang pp-nya bergambar "Pray For Gaza" persis seperti yang dipakai Junro yang suka sebar propvokasi itu.
ah.. . PKS lagi yang nyebar
Tetapi, jangan kira kampanye luhur untuk Gaza itu seluhur kampanye deligitimasi Kompas, LSI, TVRI dan pembelaan terhadap IRC yang ia tampilkan dalam gambar berikut:


Pesan kampanye ini jelas: orang curang tidak bisa mengalahkan kita. Saya ingin katakan, "pembohong tidak bisa membodohi kita." Ia ingin membodohi kita tetapi dengan cara yang sebenarnya mengabaikan akal sehat. Ia mengasumsikan dua hal dalam gambar itu.

Pertama, kita hidup di zaman pra-Google dan tinggal di Gua Pindul Gunung Kidul kira-kira 10 tahun yang lalu. Ia sangat percaya diri bahwa kita tidak akan mencari kebenaran dari informasi yang ia sajikan. Padahal, Anda tahu, the truth is not out there seperti dalam film X-files. Kebenaran is just a click away!

Begitu saya search Google, saya langsung ngakak habis, karena justru yang mengutip QC Kompas adalah, jleg, bersamadakwah.com! Hello...


Begitu ngakaknya, saya sebenarnya sudah tidak ingin melanjutkan tulisan ini. Buat apa? Lha Kompas jelas-jelas memenangkan Aher-Deddy begitu dibilangnya Rieke-Teten. Tapi, ya cobalah. Siapa tahu ada manfaatnya.

Bagaimana dengan LSI? Apakah Quick Count LSI adalah 28,36% vs 24,99%. Pembohong tidak cukup sekali berbohong. Rilis quick count LSI menunjukkan bahwa kemenangan juga di tangan Aher-Deddy. Ini tautan press-rilisnya http://www.lsi.or.id/file_download/152


Kedua, asusmsi berikutnya: hei kalian tidak paham statistik! Si pembuat kampanye bilang "Lihat IRC benar; SMRC salah!"

Saya tidak perlu tanya Google soal apakah IRC dan SMRC memang benar-benar merilis angka itu atau, lagi-lagi ini angka bohong. Saya hanya ingin menggunakan kasus ini untuk menunjukkan bahwa cara baca statistik terhadap hasil QC itu salah.

Gambar itu menunjukkan QC dari SMRC untuk PAS 50,31 sedangkan KPU 49.98. Perhatikan, selisih QC dan KPU adalah 0.33. Kita tidak tahu berapa margin of error dalam kasus ini. Tetapi mengacu kepada sejumlah kasus lain, biasanya  mereka memakai ±1. Karena selisihnya (0.33) ada di dalam range margin of error, maka kita lebih baik membaca QC tersebut sebagai draw alias neck to neck, bukan sebagai kemenangan PAS.

Saya tidak ingin membela SMRC, tetapi menyalahkan SMRC dalam kasus yang QC mereka di dalam ambang MoE adalah menggelikan!

DISCLAIMER
1. Tulisan ini tidak perlu dihubungkan dengan copras-capres. Saya sudah berhenti meng-endorse Jokowi setelah tangal 9 Juli karena suara telah saya saya salurkan. Tetapi saya tidak terima kalau akal sehat dirusak dan kebohongan disebarluaskan. Salam Indonesia damai dan sejahtera.
2. Soal Mega-Hasyim, lihat tulisan saya sebelumnya.

***


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama