Catatan Ramadhan (27): Mudik dengan Teknologi

Pernah dengar Waze? Applikasi Android ini kira-kira 2 bulan yang lalu dibeli Google. Dan dari kabar pembelian itulah saya mengetahui dan penasaran dengan fungsinya. Dua tahun terakhir, saya selalu menggunakan Google Map untuk menemani perjalanan ke luar kota dan mencari jalur-jalur alternatif untuk pulang kampung. Google Map versi mobile menyediakan fungsi realtime  navigasi sebagaimana layaknya GPS. Jadi, buat apa Google membeli Waze?

Waze adalah aplikasi peta dan navigasi yang kurang lebih sama dengan Google Map. Bedanya, Waze adalah alat navigasi berbasis jejaring sosial. Pengguna Waze (disebut wazer) bisa saling bantu menginformasikan kondisi jalan raya secara realtime: kemacetan, kecelakaan, pengalihan jalan, bahkan bila perlu kalau ada operasi pak polisi dan Anda lupa bawa SIM! Dari segi fitunya, Waze jelas kompetitor Google Map dengan sejumlah fitur unggulan yang tak dimiliki Google Map.

Awalnya, saya mengira Waze hanya akan berfungsi maksimal untuk wilayah-wilayah negara maju. Banyak aplikasi bagus di Amerika tapi ndak berguna di sini karena jumlah penggunanya yang terlalu kecil (Facebook saya di tahun  2007-2008 tidak pernah saya akses karena tidak ada teman di Indonesia yang menggunakannya). Waze, saya kira juga begitu.

Tetapi saya terkejut, walaupun dugaan saya benar bahwa pengguna Waze tidak banyak, tetapi Waze sudah sangat membantu. Saat saya gunakan di Jalur Malang-Blitar, hanya 3-5 orang online; Jalur Jombang-Kediri (2 orang), tapi di Jakarta-Bogor, saya ketemu 100-200 orang Wazer yang online. Saat saya pulang dari Malang, Waze memberitahu bahwa jalan yang akan saya tempuh sangat padat (10km/ph). Demikian juga Waze memberitahu dimana jalur padat itu akan berakhir. Real-time! tidak ada di Google Map atau GPS Garmin Nuvi 50 LM yang offline yang hanya saya pajang di mobil untuk aksesoris :)

Dibanding Google Map, kekurangan Waze hanyalah tidak menyediakan peta satelite. Sehingga jalan-jalan yang tidak masuk ke petanya tidak tampak. Di Google Map kita bisa nekat lewat jalan yang tampak di citra satelit tanpa harus mempertimbangkan navigasi. Untuk pengguna Indonesia, citra satelit itu penting karena belum semua jalan masuk ke database Waze.

Kelemahan itu, hanya saja, bisa ditutupi oleh para pengguna Waze. Sebab, Anda bisa menambahkan jalur yang tak terdata itu. Saat saya melewati jalur alternatif lingkar utara kota Blitar yang sepi dan nyaman, Waze segera mencatat koordinat jalur itu dan memasukkannnya ke database. Dan tak lupa Waze mengucapkan terimakasih kepada kita atas terpetakannya jalur tersebut.

Saya lihat sudah ada beberapa teman yang menggunakan Waze. Untuk yang belum, ayolah. Para pengguna Android, download Waze di sini dan yuk kita saling berbagi informasi mudik.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama