Pak [ng]Abbas bukan orator besar, tak selevel dengan Aa Gym atau Yusuf Mansur, bahkan mungkin juga tak selevel dengan Anda yang membaca tulisan saya lewat blog dan facebook. Ia hanya seorang pegawai kecil di kelurahan kami. Ia tinggal di sebuah desa tak terkenal di timur Kota Gedhe.
Meskipun tidak tinggal di tempat ia bertugas, jauh-jauh Pak Ngabbas selalu datang ke Langgar kami setiap bulan Ramadhan, ‘tarling’ kata Harmoko dulu. Dan ia satu-satunya apara desa yang tarling, karena memang ia mengambil inisiatif sendiri untuk tarling, bukan karena program desa atau demi kepentingan politik.
Setiap ia datang, kami selalu memberinya kesempatan untuk ceramah. Siapa pun yang sudah dijadwal ceramah, kalau ada Pak Ngabbas selalu mengalah, mengutamakan kehadirannya. Ia kami beri kesempatan bukan karena ceramahnya hebat seperti Mario Teguh yang banyak Anda “LIKE” di facebook. Malah, saya sudah hapal isi ceramahnya yang selama tiga kali Ramadhan di sini selalu sama: soal hati!
Setiap ia datang, kami selalu memberinya kesempatan untuk ceramah. Siapa pun yang sudah dijadwal ceramah, kalau ada Pak Ngabbas selalu mengalah, mengutamakan kehadirannya. Ia kami beri kesempatan bukan karena ceramahnya hebat seperti Mario Teguh yang banyak Anda “LIKE” di facebook. Malah, saya sudah hapal isi ceramahnya yang selama tiga kali Ramadhan di sini selalu sama: soal hati!
Tetapi, jangan salah, jutru di situlah hebatnya Pak Ngabbas. Rumus hidupnya sederhana: kalau hati Anda tentram, maka badan Anda akan sehat. Ia bilang, hati terletak di dekat jantung. Jantung adalah pusat distribusi darah. Darah adalah sumber kehidupan jiwa dan raga kita. Kalau hati resah, cemas, jantung menjadi berdetak tak berirama; kalau detak tak berirama, distribusi darah tak lancar; kalau distribusi tidak lancar; seluruh fungsi organ menjadi tak normal. Anda Sakit! “Apa pun sakit yang Anda alami, obatilah dari hati” kata Pak Ngabbas.
Rumus simple ini benar-benar saya setujui, tetapi seringkali saya lupakan bersama dengan berjalnnya waktu. Jadi, walaupun saya sudah hafal isi ceramah Pak Ngabbas, kalau dia belum datang ke sini sayamungkin tak ingat lagi kunci hidup itu. Hati! Hati! dan Hati!, persis seperti kata Nabi ala wa hiya al-qalb!
Terimakasih Pak Ngabbas, semoga njenengan berumur panjang, dan datanglah lagi tahun depan, mengunjungi dan mengingatkan hati kami.