Apakah Saya Orang NU?

Saya mengajukan pertanyaan itu karena I have taken for granted that I was born NU. Bapak saya orang NU, ibu saya orang NU, mbah saya juga orang NU. Tak kurang dari itu, pernah suatu ketika Mbah saya menjabat rois syuriah MWC, bapak saya ketua tanfidz, dan ibu saya ketua Muslimat ranting. Hem... ndak cukup itu, pak lik saya jadi komandan Banser-nya dan adik saya sebagai salah satu ketua IPNU cabang.

Tapi apakah saya orang NU?


Saya tidak pernah ikut organisasi-organisasi NU sampai akhirnya saya menjadi sekretaris Mabarrot NU DIY. Sebelum itu, saya tak pernah. Saya pernah jadi ketua PMII, tetapi PMII sudah bukan anak NU. PMII sudah menjadi dirinya sendiri.

Kebanyakan orang NU "menjiwai" NU lewat pengalaman menjadi santri. Dengan begitu, mereka pernah menjadi murid "ulama" yang menahdahkan NU. Dengan begitu mereka tahu cara menghormati kiai, memuliakan gus, dan mengamalkan ajaran-jaran tradisionalnya.

Saya menjadi NU hanya karena kebetulan, sama seperti kebetulan saya laki-laki. Pertanyaan apakah saya NU, hanya saja, sama sekali tak semudah apakah saya laki-laki.

Saya menanyakan itu kepada diri saya karena saya sedang melakukan penelitian tentang NU, dan ketika saya hendak mengagendakan wawancara dengan tokoh-tokoh kunci NU Jogja, saya jadi gagap. Ternyata saya tak "seNU" yang saya duga. Saya tak tahu siapa yang layak saya wawancarai, saya tak tahu bagaimana cara menghadap para kiai itu, dan saya masih harus bertanya ke sana kemari untuk bisa melalukan wawancara itu. Saya seperti hendak memasuki lingkungan yang tidak saya kenal.

Sebaliknya, lucunya, saya dengan mudah bisa menentukan siapa orang Muhammadiyah yang pantas saya wawanarai dan bagaimana cara ketemu dengan mereka. Ha ha ha....

2 Komentar

  1. Berbicara mengenai NU jadi penasaran Pak!
    Saya jga bertanya dalam diri sendiri :"Apakah saya juga orang NU?"
    Berbicara tentang pengalaman hidup yang selama ini saya alami, ternyata perbedaan antara NU N' Muhammadiyah baru saya mengerti ketika menginjak kota Jogjakarta. sedari kecil hingga menginjak bangku MAS, hanya dongeng-dongeng pengantar tidur yang sering berlarian dalam pikiran! baik "Ummat yang terselamatkan atau management yang ter-organisir dengan baik". Mungkin saya termasuk dalam katagori NU keturunan atau NU KTP, yang gak jelas harus mengikuti yang mana!
    Tapi yang jelas masih dalam proses pencarian!
    Konteks yang terjadi dalam lingkungan kesehariaupun masih tarik ulur?
    saya pun gelisah Pak?
    D_0121

    BalasHapus
  2. Ya identitas itu sebenarnya sesuatu yang dengans engaja kita bentuk. Saya sendiri memang orang NU; dan itu saya bentuk melalui banyak ikatan.
    Hanya saja, ternyata, apa yang sudah saya lakukan ternayata masih kurang... dan saya tak tahu apakah saya perlu melengkapinya.
    Okey deh. Selamat menemukan identitas sampeyan,
    Salam,
    AM

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama