My Univeristy and the Web


Last year, the university where I work launched its new website. I was glad that the web looks better than the earlier version. It has a more professional look. But, a "look" is indeed not a right word to describe a university website. I may proudly said that this website is pretty cool; nevertheless, "coolness" matters less than the function of the web. Does the web help out the university to serve better? This is the question.

Banyak lembaga di Indonesia yang seringkali latah dalam mengikuti perkembangan teknologi semisal internet ini. Ramai-ramai dengan dana yang "ngoyo" website dibuat, tetapi begitu web diluncurkan... titik. Peluncuran website dianggap sebagai selesainya sebuah proyek, instead of the beginning. UIN Sunan Kalijaga yang saya cintai sepertinya juga begitu. Begitu dirilis, tak ada lagi update.

Website Fakultas Dakwah ini contohnya. Foto di bawah ini baru saja saya ambil lho (dan Anda bisa mengecek sendiri di sini), dan bukan tanggal 09 Agustus 2006. Wow! Bukankah itu sudah hampir setahun yang lalu?


Dakwah tidak sendirian, demikian pula Fakultas Adab dan fakultas lain. All the dates back to August or November 2006!



Yang lebih menyedihkan lagi adalah nasib website perpustakaan... Untuk desainnya, saya akan dengan senang hati memberi nilai A, atau A+ bila perlu. Tapi ini bukan website perpustakaan... ini sekedar "AdSense" bahwa UIN punya perpustakaan, yang motonya "Perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi". Website ini tidak diupdate sejak 2005!


Mestinya, usul neh, website hanyalah menjadi satu jendela saja dari sebuah sistem yang lebih luas. Jika fungsi universitas melayani mahasiswa, maka website universitas yang baik adalah yang berfungsi membantu melayani mahasiswa (registrasi, pemilihan kelas, dan seterusnya).

Jika fungsi perpustakaan adalah menyediakan bahan pustaka, ya bahannya dulu dipersiapkan sebelum websitenya. Jika website digunakan untuk menyebarluaskan informasi, ya perkuat dulu tradisi memberi informasi yang offline itu.

Kalau dihitung dari segi cost benefit, saya rasa akan lebih baik bila universitas kita ini memperbaiki layanan "ofline" dan memikirkan ulang: untuk apa website dibuat?
Saya tak ingin mengkritik terlalu pedas dengan "kelatahan" kita. Tetapi saya rasa harus ada yang bersuara agar kita menggunakan uang rakyat ini lebih hati-hati saja.

Ah, ini sekedar uneg-uneg saja sebelum pulang.

PS: teman saya yang alumni pasca Jogja juga menemukan "kelucuan" lain: struktur organisasi di pasca yang ditampilkan adalah struktur organisasi fakultas dakwah. Tahu artinya? Orang-orang pasca sendiri tak pernah membuka website ini sejak diluncurkan tahun lalu! Nih gambarnya:

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama