Turkey is Our Mirror

Saya berusaha untuk memahami dengan baik berita yang saya baca tentang Turkey hari ini:

More than 200,000 Turks protested against Turkey's Islamic-rooted prime minister Saturday, demonstrating the intense opposition he could face from Turkey's secular establishment if he decides to run for president next month.
Protesters called on the government to resign and chanted slogans including, "We don't want an imam as president."


Turkey adalah negeri Muslim pertama yang mengadopsi dengan sepenuh hati sekularisme ala Barat, dan bahkan lebih daripada rata-rata negara Barat. Radikalisme sekular Turkey hanya bisa disaingi oleh Perancis.

Tetapi Turkey penuh dengan paradoks. Selagi militer dan sekularis negeri itu berjuang keras mempetahankan warisan Kemal, perlahan namun pasti partai Islamis memperoleh dukungan akar rumput. Bahkan, dalam pemilu parlemen terakhir partai ini berhasil menang telak untuk memperoleh kursi mayoritas.

Sekarang, Turkey tengah memasuki masa kritis. Tetapi, menurut saya, bukan kritis seperti yang dinyatakan presiden Turkey yang pro-sekular ini:

Turkey's staunchly pro-secular president, Ahmet Necdet Sezer, said Friday that the threat Islamic fundamentalism posed to the country was higher than ever — a warning clearly directed at Erdogan.

Krisis itu bagi saya lebih berupa pertanyaan apakah Islam dan demokrasi bisa diberi kesempatan untuk bereksperimen. Kesempatan inilah yang langka. Turkey sendiri selalu menggunakan cara yang tidak demokratis untuk mencegah politik Islam.

The fiercely secular generals staged three coups between 1960 and 1980, and in 1997 led a campaign that pressured Prime Minister Necmettin Erbakan's pro-Islamic government out of power.

Untuk menghindarinya,yang diperlukan oleh kedua kubu adalah trust. Kubu Islamis harus menjamin bahwa tidak akan ada pelanggaran nilai demokrasi ketika mereka berkuasa dan Kubu sekular harus memberi kesempatan kepada kubu Islamis untuk memerintah secara demokratis.

Jika Turkey berhasil menjalankan kedua peran itu, Turkey akan menjadi cahaya di lorong gelap sejarah modern Islam. Tentu saja, Indonesia juga akan menjadi contoh yang tak kurang pentingnya bila Indonesia bisa melakukan hal semisal. Bisakah?

Artikel berita selengkapnya: http://news.yahoo.com/s/ap/20070414/ap_on_re_mi_ea/turkey_march_4

1 Komentar

  1. Ada buku yang menarik tentang partai-partai Islam di Turkey lho,"Islamist mobilization in Turkey" byJenny B. White, silakan di-amazon!

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama