Daniel Lev

Aku baru saja bertemu dengan Professor Daniel S. Lev. Meski sudah pensiun dan tidak lagi aktif di kampus, dia masih kelihatan bersemangat berbicara tentang Islam di Indonesia, yang dia anggap sangat dinamis.

"Berbicara tentang agama Kristen, Yahudi, Hindu dan lain-lain, atau Islam di Timur Tengah, bisa sangat membosankan karena hanya itu-itu saja. Islam Indonesia, khususnya perdebatan antara JIL dan lawan-lawannya, sangat menarik, dinamis", katanya.


Ia lalu menanyakan kepada saya, apa fokus kajian saya. Setelah saya katakan bahwa saya tertarik dengan penerapan hukum Islam, beliau lalu berbicara panjang lebar tentang penelitiannya mengenai pengadilan agama di Indonesia, piagam Jakarta, kontribusi orang-orang NU di bidang pengadilan agama, corak putusan pengadilan agama, dan hal-hal menarik lainnya yg memancing nafsu saya untuk meneliti banyak hal tentang Indonesia.

Terlepas dari tema-tema ilmiah yang kami bicarakan, beliau orangnya sangat baik. Setelah sebelumnya berkomunikasi lewat email, dua hari yang lalu beliau menelpon saya untuk menyepakati rencana pertemuan ini. Lalu, kami sepakati untuk bertemu hari ini di Center for Southeast Asia Studies. Saya datang tepat waktu dan beliau agak terlambat. It's OK, wong kita juga sepakata untuk bertemu "around" 2.30. Saya kira kita akan mengobrol di ruang sempit itu, tetapi salah!

Ia, seperti Prof. Clark Lombardi sebelumnya, mengajak aku keluar mencari kopi di HUB.Saya benar-benar-benar "merindukan" suasana seperti ini juga terjadi di kalangan profesor dan dosen-dosen kita di Indonesia. Tidak ada jarak sama sekali antara "aku" yang "guru besar" dengan kamu yang "bukan siapa-siapa". Saya sendiri berjanji untuk melakukan hal yang sama bila kelak pulang ke Indonesia.

Hei, perlu diketahui, hari ini kuliah perdana lho. Kuliah di ruang sangat besar dengan mahasiswa yang jumlahnya ratusan (Huh!). Dan sekarang aku pilih tidak langsung pulang karena akan ada bedah buku di University Bookstore. Lelah, tapi ya eman-eman...

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama