Whoosh vs Shinkansen, Menang Telak!


Dalam waktu seminggu, saya berkesempatan mencoba dua kereta cepat di Jepang dan Indonesia. Saat menghadiri undangan conference di Osaka, saya memilih mendarat di Tokyo, dan menggunakan Shinkansen ke Osaka. 

Pilihan ini saya buat mumpung UIII juga merencanakan membawa rombongan conference naik kereta api cepat Indonesia Whoosh. Tidak ada cara yang lebih tepat untuk membandingkan teknologi Jepang versus China ini selain naik langsung dan membandingkannya dalam waktu yang masih segar dalam ingatan dan perasaan.

Dari Tokyo ke Shin-Osaka, saya naik kereta Shinkansen seri N700 Nozomi. Karena umurnya, Shinkansen memang sudah rilis beberapa kali beberapa versi. Menurut Wikipedia, 
N700 Nozomi (のぞみ, "Wish" or "Hope") is the fastest train service running on the Tokaido & San'yō Shinkansen lines in Japan. The service stops at only the largest stations, and along the stretch between Shin-Ōsaka and Hakata, Nozomi services using N700 series equipment reach speeds of 300 km/h (186 mph). The trip between Tokyo and Osaka, a distance of 515 kilometres (320 mi), takes 2 hours 21 minutes on the fastest Nozomi service, with the fastest service between Tōkyō and Hakata taking 4 hours 46 minutes.
Dalam praktiknya, kecepatan tertinggi yang ditempuh saat saya naiki hanya 282 KM/H. Nggak pernah sampai 300. 


Nah, untuk yang Whoosh, atas kebaikan UIII, kami naik PP Halim-Padalarang dengan dua kelas yang berbeda. Saat berangkat, kami naik kelas ekonomi. Videonya di sini:


Sedangkan saat pulang, karena satu dan lain hal, maka kami malah bisa mencoba yang kelas bisnis. Videonya di sini:


Ringkas kata, hasil perbandingannya begini (dengan skala nilai 1-5), Shinkansen vs Whoosh.

1. Stabilitas= 3:5 (Whoosh)
Sejak detik pertama, ketidakstabilan Shinknasen sudah terasa. Rasanya tidak juah berbeda dengan kereta reguler. Mungkin kalau shinkansen 3, kereta reguler bisa 1 atau 2. Sebaliknya, Whoosh anteng banget. Gila pokoknya!
Saya uji dengan menegakkan koin di dua kereta itu, hasilnya memang Whoosh mantap banget.

2. Kenyamanan= 4:5 (Whoosh)
Karena keantengannya, naik whossh oitu sangat nyaman. Tetapi bagi mereka yang berfisik gedhe, Shinkansesn memeberikan ruang antar baris yang lapang. Meja makan Shinkansen juga tidak nempel di kursi depan, nggak ngaruh apakah yang depan mau menegakkan kursinya atau memiringkan. Bahkan untuk yang kelas bisnis pun, Whoosh nggak terlalu longgar.

3. Kecepatan 3:5 (Whoosh)
Jauh ya skornya. Whoosh memang lebih kenceng. Whoosh yang jarak pendek saja bisa digeber sampai 345 KM, sementara Shinkansen cuma 284.

4. Layanan di kereta 3:3 (draw)
Saya hanya naik kelas ekonomi di Shinkansen. Jadi nggak tahu apakah yang di kelas bisnis juga ada layanan minuman. Beda kelas ekonomi dan Bisnis di Whoosh adalah diberi satu botol aqua dan juz buah.

5. Harga 4:34 (Shinkansen)
Harga normasl tiket Whoosh Halim-Padalarang (96 KM) yang normal untuk kelas ekonomi adalah 300.000. Atau sekitar Rp3125 per KM. Sedangkan Shinkansen, Tokyo-Osaka (515 KM) adalah Rp1600,000. Atau sekitar Rp3,106 per KM.
Hanya saja, kalau diukur dari daya beli pengguna, dengan harga absolut yang sama seperti itu, maka Shinkansen lebih murah bagi orang jepang, dibandingkan Whoosh bagi orang Indonesia.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama