Khutbah Jumat: Jangan Percaya (Amat) Politisi

P

Ll


 اَلْحَمْدُ للهْ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ بَعَثَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا صَلّى الله عليه وسلم لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلَاق، وَنَهَانَا عَنِ الذَّمِّ وَالتَّجَسُّسِ إلَى جَمِيْعِ الْمَخْلُوْقَات، وَهُوَ الَّذِيْ يَحْذَرُنَا بِجَمِيْعِ الظُّنٌوْنَات، لِأَنَّهَا مِنْ بَعْضِ أَنْوَاعِ الْمَذْمُوْمَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah.

Saat ini, jika kita mengamati media sosial, kita sudah bisa merasakan suhu politik yang meningkat, memanas. Gejalanya bukan hanya ditandai dengan aksi-aksi para politisi yang sibuk melakukan pertemuan ke sana kemari membahas kongsi, tetapi juga pada panasnya postingan-postingan yang dibagikan teman-teman kita di berbagai lini. Niatnya tentu untuk berpartisipasi dan mendukung para calon yang mereka pilih. Maka, dalam suasan seperti ini, izinkanlah saya untuk berpesan: berpartisipasi boleh, tetapi berlebih-lebihan dalam membela seorang tokoh jangan sampai terjadi.

Pertama, marilah kita petik pelajaran dari pemilu-pemilu yang sudah berlalu. Pelajarannya sederhana saja, kita sebagai masyarakat terbelah, terpecah parah demi capres yang kita dukung, selama masa kampanye tetapi pada akhirnya para capres sendiri, alhamdulillah, malah bergandengan tangan bersatu bekerja sama. Sepertinya dan pada akhirnya, siapa pun yang kita pilih, bedanya hanya sedikit saja,  tidak semengerikan yang digambarkan selama masa kampanye sebelumnya.

Kedua, mari kita sadari bahwa politik dalam sistem demokrasi, seperti yang kita anut di negeri ini, bekerja dengan cara “kompromi dan berbagi.” Tidak ada yang bisa mutlak-mutlakan menang sendiri seperti dalam otokrasi. Hal ini bukan hanya terlihat dari cairnya partai politik di Indonesia untuk ganti koalisi, tetapi juga mudahnya mereka kompromi dan berbagi kursi. Artinya, ketakutan terhadap yang ekstrem, bahwa kalau si A yang terpilih negara akan dijual ke Cina misalnya, atau Islam akan dihabisi, misalnya, hanyalah ilusi yang diciptakan oleh para politisi demi meraih posisi dan kursi.

Ketiga, mari kita pahami bahwa cara pandang politisi akan selalu berbeda dengan kita sebagai rakyat dan pribadi-pribadi. Sebagai pribadi, jika kita seorang buruh, kita tentu menginginkan upah naik tinggi. Tetapi sebagai pribadi, jika kita pengusaha, kita tentu ingin upah buruh ditekan seminimal mungkin, jangan sampai naik tinggi tinggi. Masing-masing kita, sebagai pribadi, dibatasi oleh kepentingan dan pengelaman personal sehari-sehari.

Hal ini berbeda dengan politisi. Apa pun janji yang ia berikan ketika bertemu buruh di suatu hari, dan ia bisik-bisikkan dengan pengusaha di lain hari, hanya akan menjadi salah satu pertimbangan saja ketika ia harus memutuskan kebijakan untuk negeri. Ia bukan presiden kaum buruh, ia bukan pula presiden pengusaha. Ia bahkan mungkin hanya soerang petugas partai. Maka, turunkanlah ekpektasi kita kepada para politisi. Jangan sampai mempercayai politisi melebihi kepercayaan kita kepada kerabat dan sahabat kita sendiri.

Oleh sebab itu mari kita jaga sikap dan lisan kita demi orang-orang terdekat dalam kehidupan kita yang nyata sehari-hari. Jika ingin menulis atau berbagi sesuatu di grup WA, misalnya, ingatlah bahwa di grup itu ada sahabat dan kerabat kita tadi. Pilihan politik mereka mungkin berbeda karena cara pandang dan pengalaman pribadi mereka yang berbeda. Kita harus selalu ingat bahwa menghormati mereka lebih penting daripada membela politisi yang dasarnya hanya prasangka dan praduga, kalau-kalau dan jika-jika.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah. Cukuplah kita ingat pesan dalam Surat al-Hujarat berikut ini.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ   

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah segala sak wa sangka, karena sebagian dari purba-sangka itu adalah dosa. Janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah di antara kalian yang suka memakan bangkai saudaranya sendiri? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat: 12)  

Mari kita kedepankan persaudaran, perdamaian, dan penghormatan kepada sesama anak negeri ini. Seberbeda apa pun pendapat mereka dengan kita, apa yang mereka pikirkan dan katakan adalah juga demi kebaikan Indonesia.

 

Khutbah Kedua

الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا   أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ   اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama