Bom itu lagi...

Saat saya mendengar berita bom, saya marah, tentu bukan karena MU gagal main di sini (Datang pun, kalau tanpa Ronaldo ya seperti tidak datang...), tetapi karena benci keamanan dan ketertiban yang sudah kita rasakan selama lima tahun terakhir ternoda kembali. Apa kata dunia?

Kebetulan saya sedang punya tamu dari Afrika Selatan, seorang dosen Antropologi yang sedang melakukan riset tentang Islam di Indonesia. Tadi malam ia main ke rumah, dan saya tanya apa dia tidak takut? Dia bilang, keluarganya di Capetown sempat telpon dan panik, tapi ia sendiri merasa nyaman saja. "It's not the first time I come here and it is also not the first bombing I happen to be here. My first visit to Indonesia was in 2002, just months after the Bali bombing. I was here, in Jogja, when the earthquake hit the region. In addition, We used to have more bombings and killings back home."

Ah, kebetulan saja dia orang yang sudah akrab dengan kita. Nggak takut apa-apa untuk datang dan tinggal di Indonesia. Tetapi bagaimana dengan orang lain? Pernyataan majalah the Economist barangkali cukup berimbang: bom tak akan mengganggu tetapi tentu menodai citra damai Indonesia:

The bombings do nothing in themselves to threaten Indonesia’s fundamental stability or the huge progress it has made in recent years—every country is prey to the violence of a lunatic fringe. But they will dent a carefully nurtured international image. Already, as if to symbolise the setback, and, in the process, disappointing millions of fans whose enthusiasm has been whipped up by a nationwide poster campaign featuring its stars, Manchester United, England’s football champions, have cancelled a visit. The players were booked into the Ritz-Carlton.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama