Little Mosque on the Prairie


Saya cerita tentang "masjid" lagi. Tetapi kali ini bukan masjid di Seattle, dan bukan pula masjid tempat kita sholat: cuman masjid dalam hayalan yang ada di serial TV baru di CBC (TV-nya Canada). Judulnya mengingatkan kita pada Laura dan saudari-saudarinya yang kita tonton setiap Ahad siang di TVRI pada dekade 1980an: Little House on the Prairie, nah judul ini lalu diplesetkan menjadi Little Mosque on the Prairie, sebuah sitkom karya Zarqa Nawaz, yang dulu pernah memenangkan penghargaan untuk film komedinya BBQ Muslim di Festival Film Toronto.


Saya sudah lama menunggu film ini. Secara kebetulan, saat sedang nonton football, saya mainkan remote saya ke channel CBC dan pas ada cuplikan serial ini. Surprised, lalu saya google judul itu dan ketemulah saya dengan website serial ini: http://littlemosque.ca/ Di website ini, kita bisa melihat beberapa adegan dari serial ini. Dan sebagai film komedi, tentu saja adegannya lucu-lucu. Seperti saat Amr ditahan polisi di bandara, saat menentukan awal Ramadan, dan sebagainya. Pokoknya benar-benar lucu. "Muslims around the world are known for their sense of humour!"

Ya, mestinya memang harus ada film yang dibuat oleh muslim yang lahir di Barat dan menertawakan muslim seperti ini. Biar kesan Islam yang galak, Muslims yang pemarah, bisa dinetralisir dengan penggambaran-penggambaran "normal" seperti yang diharapkan film ini.

Apakah Zarq Nawaz berhasil? Semalam saya nonton episode pertamanya. Karena sudah melihat cuplikannya yang lucu-lucu, saya membayangkan film ini akan banyak menyajikan lawakan-lawakan ringan dan menyegarkan ala sitkom Amerika. Tetapi... ya semestinya saya tak perlu berharap banyak.

Walaupun aktor-aktor yang hadir di situ adalah aktor-aktor profesional (salah satunya bermain di serial TV Amerika 24), tapi film ini tak seperti layaknya sitkom Amerika. Ada sih adegan lucu, tapi ya nggak banyak, dan lebih banyak lagi adegan yang terlalu artifisial. Misalnya di scene Amr mau pulang kembali ke Toronto karena merasa nggak mendapat sambutan di kota kecil itu. Ia terlalu cepat berubah pikiran: hanya karena menelpon travel yang nggak sambung dan sedikit upaya anaknya Pak Haji, maaf saya lupa namanya, untuk meyakinkannya tetap tinggal, ia sudah berubah pikiran untuk tetap tinggal di situ.

Bagaimana dengan reaksi Muslim Amerika? Kalau saya kecewa karena tak banyak adegan lucunya, dua teman nontonku (asli Amerika, born Muslim), malah khawatir bila agama di-lucu-kan. "They just make a fool of our religions. It will not change anything."

Yah, namanya juga usaha. Bagi saya, lebih baik bila ada serial TV ini daripada tidak ada sama sekali. Susah kan menampilkan Muslim di prime time selain sebagai teroris?

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama