Dholanmu Kurang Adhoh


Entah siapa yang menciptakan kata-kata ini. Tetapi begitulah kira-kira yang selama ini kita akui. Tetapi menurut saya, dolan adoh saja tidak cukup, yang benar "Dolanmu kurang akeh."

Saya pernah baca tulisan orang yang tinggal jauh di luar negeri lalu mengkritik orang Indonesia sedangkal orang yang "dolannya kurang adoh". Ia sering mengkritik orang Indonesia itu begini begitu. Tidak seperti di "luar negeri."

Padahal yang ia maksud "tidak seperti di negeri asing tempat ia tinggal." Ini sebenarnya perbandingan dua negara saja. Bukan perbandingan Indonesia versus semua negara lain sehingga Indonesia menjadi terasa jelek karena berbeda dengan banyak negara.

Nah, ketika jelas bahwa perbandingan itu hanya terkait dua negara, maka tidak akan mudah untuk mengatakan Indonesia jelek. Apalagi jika yang dibandingkan adalah budaya. Dua negara itu berbeda, begitu saja.

Misalnya, ketika saya dulu tinggal di luar negeri untuk pertama kali, di Kanada sebentar, saya kagum orang di sana itu tertib antrinya minta ampun. Sampai mau naik bus saja berjajar di halte.

Boleh nggak kita bilang, "Tidak seperti di luar, orang +62 itu nggak bisa antri."? Nggak fair dong. Saya pernah mengalami, pas di luar negeri, antrian diserobot oleh sesama orang Asia. Dia bukan orang Indonesia, dan kayaknya kita tidak sendiri soal ini.

Ada contoh lagi, "Warga +62 itu suka ribut di medsos, suka bully orang." Lah, di mana saja juga begitu. Di Amerika, Trevor Noah itu pekerjaannya membuly Presiden Trump.

Jadi, dolan adhoh perlu, tetapi jangan tergesa-gesa mengolok bangsa sendiri. Dholanmu kurang akeh 😀

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama