Awas Hoax, Awas Kabar Burung, dan Google sebelum Share


Pernah membaca...
1. Cara menggunakan masker yang dibalik saat debu vulkanik
2. Menusuk jari dengan jarum sebagai langkah P3K korban stroke.
3. Larangan menginjak kecoak
4. Coca-cola bisa menghancurkan paku

Kalau kita begitu saja mempercayainya dan kemudian menekan tombol "share" untuk menyebarkan informasi yang kita anggap benar, maka kita telah menjadi korban hoax dan membantu menambah korban di antara teman kita.

Apa itu hoax?

Hoax artinya kebohongan, penipuan, yang dibuat agar kita mempercayai sesuatu yang tidak ada dasarnya. Kamus merriam-webster mendefinisikanya sebagai to trcik or to decieve (someone).  


Saat ini, dengan teknologi informasi (HP dan Internet), hoax lebih cepat menyebar karena hoax menggoda 'insting heroik' (istilah yang saya ciptakan, nggak perlu di-google apa artinya... he he he) untuk menolong orang lain. Siapa yang tidak mau berbuat baik, gratis/murah, dan dapat surga? Apa susahnya tekan tombol share/bagi?

Untuk apa membuat hoax?

Ketika bencana terjadi, seperti dalam kasus letusan Gunung Kelud, kabar bohong disebarkan untuk berbagai motiv jahat. Misalnya, kabar tentang ada gas beracun dibuat agar warga meninggalkan kampungnya dan si penyebar bisa melakukan tindak kriminal di kampung yang telah dikosongkan.

Kadang kita memang tidak tahu apa motiv si pembuat hoax, seperti dalam kasus masker dibalik. Menurut situs hoax-slayer, situs yang sejak 10 tahun terakhir mengkompilasi ratusan hoax yang beredar di internet, hoaxter memang tidak seperti spammer yang motivnya uang. Kadang mereka hanyalah iseng saja, ingin menguji sejauh mana kebohongan yang mereka buat bisa dipercaya orang.

Selain itu, masih menurut hoax-slayer, hoax kadang beredar secara tidak sengaja. Ada orang yang awalnya hanya membuat lelucon untuk kalangannya sendiri dan kemudian oleh temannya yang salah paham diedarkan sebagai berita serius.

Saya kemarin memposting foto koran dengan judul "Arif Bingung Mencari Masker" dan saya, dengan nada serius, mengatakan di status saya bahwa koran itu telah memfitnah saya! Mayoritas teman saya tahu kalau saya cuma bergurau, tetapi ada satu dua orang yang serius menanggapinya: "sabar ya pak" atau "diklarifikasi dulu pak, jangan-jangan Arif yang lain..." Gurauan yang tidak tepat sasaran bisa jadi hoax setelah sampai ke penerima pesan yang salah.

Mengapa kita percaya?

Dulu hoax beredar via email dan sekarang via Twitter dan Facebook. Baik lewat email maupun media sosial, hoax sampai kepada kita lewat 'teman' atau orang yang kita kenal. Karena kita umumnya mempercayai teman kita (berapa sih jumlah teman yang tidak kita percayai?) maka informasi yang ia share pun kita percaya. It's as simple as that!

Obat Antihoax

1. Jangan percaya kepada teman! Jangan salah paham. Saya tidak sedang ceramah moral. Khusus dalam hal informasi yang beredar melalui tombol share dan status di Facebook, jangan begitu saja percaya. Lakukanlah riset kecil-kecilan dengan meng-google kata-kata kunci dalam informasi itu. 5-10 menit cukup untuk mendidik kita agar tidak tertipu dan menjadi lebih pintar dari orang lain.

2. Ikutilah tips hoax-slayer (yang saya ubah sedikit) berikut. Sebelum menekan tombol "share", pikirkan dulu:
- Apakah informasi itu meminta kita untuk menyebarkannya?
- Apakah informasi itu tidak menyebutkan sumber yang bisa dirujuk?
- Apakah bahasanya bernada sangat informatif, urgen, emosional, dan penting?
Jika ya. Maka jangan di-share.

Semoga bermanfaat. Kalau Anda mempercayai saya, silakan di-share :)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama