Kita dan Panggilan Pergi Haji



Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.

Hari ini saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji sedang menuju Mina untuk bermalam di sana, dan besok pagi ke Padang Arafah untuk menunaikan salah satu rukun terpenting yaitu wukuf, atau biasa disebut ar-rukn al-a’zam karena dalam Hadits dinyatakan al-hajj arafah. Haji adalah Arafah, barang siapa yang tidak wukuf di Arafah, tidak sah hajinya.

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Bagi kita yang ada di rumah tahun ini dan berjamaah salat Jumat hari ini mungkin dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan. Pertama, mereka yang mampu mendaftar dan sedang menunggu antrian. Saya menyebutnya mampu mendaftar bukan mampu haji karena waktu tunggunya yang panjang. Dalam jangka yang hampir 20 tahun, kita tidak tahu apakah pada saat giliran itu tiba kita akan mampu menunaikan ibadah haji. Kemampuan yang tidak harus terkait dengan kemampuan ekonomi tetapi terkait dengan kesehatan dan, khususnya, usia. Kepada kelompok ini, mari kita doakan agar diberi panjang umur, kesehatan, dan keistiqomahan hati untuk tetap bersiap menunaikan ibadah haji.

Kelompok kedua adalah kelompok yang mampu tetapi belum juga mendafttar entah karena apa. Niat haji mungkin punya, tetapi mungkin mereka merasa tidak mampu. Mungkin mereka merasa belum waktunya. Entahlah. Sering kita mendengar bahwa Haji itu adalah soal panggilan Nabi Ibrahim. Maka mari kita doakan kepada Allah agar mereka diberi jalan untuk memantapkan hatinya dan mendaftar haji. Allahumma ya muqallibal qulub, tsabbit qulubahum ala niyyatin salihah li adai’ al-hajj wa ziyarati nabiiyak al- karim. Fainnahu la yahdihim illa anta wa bi-ridaka.

Adapun kelompok yang ketiga adalah mereka yang belum memiliki bekal ekonomi untuk mendaftar Haji tetapi hatinya sudah merindu untuk pergi ke tanah suci. Kita membaca banyak kisah mengharukan tentang para calon jamaah Haji yang menabung puluhan tahun. Ia kumpulkan rupiah demi rupiah agar bisa pergi ke Makkah. Ada pemulung, ada tukang tambal ban, ada tukang becak, dan profesi-profesi lain yang sering menjadi alasan untuk tidak punya sekedar niat menunaikan ibadah haji. Tetapi dari kisah mereka, kita mengambil pelajaran, jika niat sudah terpancang, akan terbentang seribu jalan.

Oleh sebab itu, jangan sampai ada di antara kita yang termasuk dalam golongan keempat. Golongan mereka yang tidak punya niat pergi haji. Golongan ini tidak harus dari kalangan yang tidak mampu. Golongan ini bisa diisi oleh siapa saja. Sebab, masalah utama mereka adalah pada tidak adanya niat. Tidak ada rencana untuk menunaikan Haji. Mari kita berdoa agar kita tidak termasuk dalam golongan keempat ini. Mari kita berdoa agar niat untuk haji senantiasa terpatri dalam hati kita.

Sidang Jumat yang berbahagia.

Dulu, di kampung saya di Blitar, ada pedagang paku yang berjualan di tengah pasar dengan lapak kecil ala kadarnya. Lambat laun, usaha dagangnya semakin maju dan maju. Ia pun mendapatkan rejeki yang cukup untuk membeli tanah di luar pasar, di pinggir jalan besar. Dari usahanya yang semakin maju, ia pun bisa membangun toko bangunan di tanah itu. Ia yang dulu hanya pedagang kecil di tengah pasar, kini dapat disebut sebagai salah satu pedagang paling sukses di kampung.

Banyak orang yang heran, apa rahasianya? Saat si pedagang ini berangkat haji, ia bercerita bahwa dulu sekali ia pernah ketemu dengan seorang kiai dan menanyakan kepada kiai itu bagaimana caranya orang kecil dan miskin seperti dia bisa pergi menunaikan Haji. Sang kyiai menjawab, “Bekerjalah. Dan apa pun pekerjaan yang kamu pilih, niatkanlah untuk mengumpulkan rizki sebagai bekal pergi menunaikan haji.”

Ia mendengar nasehat sang kiai. Ia buka toko paku di tengah pasar dengan satu niat: keuntungannya akan dia tabung agar bisa pergi haji. Kini, semuanya ia dapatkan: harta yang cukup, usaha dagang yang maju, dan paling penting terkabul niatnya pergi haji.

Semoga kisah kecil ini dapat menjadi inspirasi kita untuk tidak berhenti dari sekedar berniat pergi haji dan semoga Allah memberikan jalan bagi kita semua agar dapat menunaikan haji dan mendapatkan haji yang mabrur. Fal hajjul-mabrur laisa lahu al-jaza illa al-jannah.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama